KEDAINEWS – Menjelang peringatan Jumat Agung yang akan jatuh pada Jumat, 18 April 2025, umat Kristiani di seluruh dunia mulai melakukan berbagai persiapan rohani. Perayaan ini merupakan bagian dari Pekan Suci, yaitu rangkaian hari-hari penting yang berpuncak pada Hari Raya Paskah.
Jumat Agung: Momen Refleksi atas Pengorbanan Yesus
Secara khusus, Jumat Agung diperingati sebagai hari wafatnya Yesus Kristus di kayu salib. Oleh karena itu, hari ini menjadi saat penting untuk merenungkan makna pengorbanan dan kasih yang besar dalam iman Kristiani.
Sebagai bagian dari tradisi, ibadah Jumat Agung umumnya dilaksanakan dalam suasana yang hening dan khidmat. Beberapa elemen khas seperti salib, kain gelap, dan nyala lilin menjadi simbol utama dalam perayaan ini. Selain itu, sejumlah gereja juga menggelar jalan salib atau drama penyaliban sebagai bentuk visualisasi penderitaan Yesus.
Paskah dan Perbedaannya dengan Jumat Agung
Sementara itu, dua hari setelah Jumat Agung, umat Kristiani merayakan Paskah, yaitu hari kebangkitan Yesus Kristus dari kematian. Jika Jumat Agung mencerminkan suasana duka dan refleksi, maka Paskah justru menjadi lambang kemenangan, harapan, dan sukacita.
Dengan demikian, keduanya memiliki makna yang saling melengkapi. Jumat Agung menyoroti penderitaan dan pengorbanan, sedangkan Paskah menegaskan kemenangan atas dosa dan maut.
Persiapan Gereja dan Jemaat Menyambut Pekan Suci
Di berbagai kota, mulai dari Palembang hingga Jakarta, gereja-gereja tampak sibuk melakukan persiapan menyambut Pekan Suci. Di antaranya adalah penataan altar, latihan petugas liturgi, serta pengaturan jadwal ibadah agar seluruh umat dapat berpartisipasi secara maksimal.
Tak hanya itu, beberapa gereja juga memanfaatkan platform daring untuk menyiarkan ibadah secara langsung, guna menjangkau jemaat yang tidak dapat hadir secara fisik.
Nilai Sosial dan Spiritualitas dari Jumat Agung
Lebih dari sekadar perayaan keagamaan, Jumat Agung juga membawa pesan moral dan sosial yang kuat. Nilai-nilai seperti pengorbanan, pengampunan, dan cinta kasih menjadi pengingat bagi umat untuk terus membangun kehidupan yang lebih bermakna, tidak hanya secara spiritual tetapi juga dalam relasi sosial.
Di tengah tantangan zaman yang semakin kompleks, pesan-pesan dari perayaan ini dianggap relevan untuk mempererat solidaritas, memperkuat empati, serta memperdalam rasa syukur dalam kehidupan sehari-hari.