Melalui Konsep Creating Shared Value, KBI Dorong Peningkatan Ekonomi Masyarakat

Read Time:5 Minute, 8 Second

KEDAINEWS.COM – Program-program CSR dari korporasi perlu dikembangkan dengan pendekatan Creating Shared Value atau CSV.

Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Asosiasi GRC serta Ketua Perkumpulan Profesional Governansi Indonesia Mas Ahmad Daniri di Jakarta, Rabu (17/3).

“Hal ini dikarenakan, Pertama, dari sudut pemangku kepentingan lebih mudah untuk menciptakan manfaat asalkan kita dapat memahami kepentingan dan kebutuhan mereka,” ujarnya.

Ia menambahkan, biasanya yang sering lebih dulu mencuat adalah keinginan ketimbang kebutuhan.

“Itu sebabnya di perlukan pemetaan kepentingan stakeholder secara gamblang, termasuk kebutuhan masyarakat sekitar perusahaan,” ujarnya.

Kedua, tambah Dia, tidak mudah mengidentifikasi manfaat untuk perusahaan, apalagi jika kurang selaras dengan strategi bisnis.

“Semakin jauh dari strategi perusahaan, program CSR semakin dirasakan sebagai beban perusahaan,” ujar Ahmad.

Sebaliknya semakin dekat dengan strategi perusahaan, semakin mudah untuk membuat program CSR yang saling memberi manfaat.

Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) mengatakan, “Terkait Creating Shared Value (CSV), PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) atau KBI telah mengadopsi konsep ini dalam kegiatan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang dilakukan.

“Dengan konsep ini, KBI mengedepankan aspek tumbuh bersama dengan masyarakat yang diberikan bantuan,” ungkapnya.

Dalam hal kemanfaatan, lanjut Dia, dengan konsep CSV tidak hanya memberikan manfaat bagi masyarakat, tapi juga memberikan manfaat bagi sustainibility bisnis korporasi KBI.

Konsep Creating Shared Value pertama kali diperkenalkan oleh Michael Porter dan Mark Kramer dalam artikel ‘Harvard Business Riview” pada 2006.

CSV sendiri adalah sebuah konsep dalam strategi bisnis yang menekankan pentingnya memasukkan masalah dan kebutuhan sosial dalam perancangan strategi perusahaan.

CSV merupakan pengembangan dari konsep tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), yang konsepnya didasari pada ide adanya hubungan interdependen antara bisnis dan kesejahteraan sosial.

CSV menekankan adanya peluang untuk membangun keunggulan kompetitif dengan cara memasukan masalah sosial sebagai bahan pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan.

Selanjutnya Mas Achmad Daniri mengatakan, “Jika korporasi sudah memahami kepentingan masing-masing stakeholder tentu akan lebih mudah membuat program bisnis dan CSR yang menghindari dampak negatif dan saling memberi dampak positif terhadap semua stakeholder termasuk kepada perusahaan,”.

Dengan kata lain, lanjut Dia, mengembangkan program CSR yang menciptakan nilai manfaat bersama bagi perusahaan dan semua pemangku kepentingan.

Pendekatan ini bisa dilakukan dengan terlebih dahulu diawali pemetaan kepentingan stakeholder termasuk konsumen dan masyarakat sekitar.

Pendekatan yang seimbang adalah membuat profit sekaligus kesejahteraan pegawai dan masyarakat sekitar melalui perilaku dan cara-cara yang ramah lingkungan, atau memaksimalkan keseimbangan 3P (profit, people, dan planet). 

Dari sudut pandang Good Corporate Governance (GCG), memaksimalkan keseimbangan 3P’s merupakan bagian dari penerapan prinsip GCG saat kita berinteraksi dengan para pemangku kepentingan.

Selanjutnya Fajar Wibhiyadi menambahkan, “Kegiatan tangung jawab sosial dan lingkungan merupakan bagian besar dari kegiatan korporasi KBI yang mengedepankan aspek 3 P, yaitu People, Profit dan Planet,”.

People dalam arti pengembangan SDM akan terus dilakukan untuk menjadikan SDM yang berkopetensi, Profit tentu saja menjadikan KBI sebagai korporasi yang memiliki kinerja keuangan yang baik.

Sedangkan Planet, bahwa dalam kegiatan bisnisnya, KBI tetap peduli kepada lingkungan yang diwujudkan dalam program-program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).

Terkait kegiatan dengan konsep CSV, saat ini terdapat 2 (dua) program yang telah dijalankan KBI, yaitu Program Integrated Farming System di Selopamioro Yogyakarta, serta Program Kemitraan di Sistem Resi Gudang (SRG).  

“Untuk Program Kemitraan di SRG, sampai dengan saat ini telah dilaksanakan di 3 (tiga) wilayah, yaitu di Takalar dan Bantaeng Sulawesi Selatan untuk komoditas Rumput Laut, Lampung untuk komoditas Beras, serta Blitar dan Tuban Jawa Timur untuk komoditas Gabah dan Beras,” jelas Fajar.

Program Integrated Farming System di Selopamioro Yogyakarta ini dilakukan KBI bekerjasama dengan Dept. Teknik Pertanian & Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian UGM.

Program ini merupakan Pengembangan usaha peternakan berbasis ramah lingkungan dan sumber energi terbarukan, yang merupakan Integrasi agribisnis peternakan dengan pengembangan pangan lokal dan potensi wisata daerah.

“Dengan program ini, diharapkan mampu Meningkatkan kemampuan peternak dalam pengelolaan usaha agribisnis peternakan,” kata Fajar.

Program Kemitraan di SRG yang dilakukan KBI ini, salah satunya yaitu pinjaman dengan pola Jaminan Resi Gudang.

Sistem pembiayaan perdagangan sangat diperlukan bagi dunia usaha untuk menjamin kelancaran usahanya terutama bagi usaha kecil dan menengah, termasuk petani yang umumnya menghadapi masalah pembiayaan karena keterbatasan akses dan jaminan kredit.

SRG dapat memfasilitasi pemberian kredit bagi dunia usaha dengan agunan inventori atau barang yang disimpan di gudang.

Program Kemitraan dengan pola Jaminan Resi Gudang yang dilakukan KBI yaitu Pinjaman dengan Jaminan Resi Gudang, diberikan kepada mitra binaan baik itu Perorangan, Kelompok Tani (POKTAN), Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), atau Koperasi.

Lama pinjaman berdasarkan masa berlaku Resi Gudang yang dijaminkan. Dengan Program ini para petani diharapkan dapat terhindar dari rentenir dan tengkulak.

Dengan program kemitraan SRG ini, tentunya akan memberikan manfaat kepada para petani dan pemilik komoditas, seperti mengurangi ketergantungan petani kepada tengkulak karena tersedia lembaga Pembiayaan yang dapat memberikan financing dengan jaminan Resi Gudang.

“Selain itu, akan dapat meningkatkan kesejahteraan petani karena dapat melakukan tunda jual dan menghindari ‘keterpaksaan’ petani menjual komoditas dengan harga rendah, serta memberikan keleluasaan petani untuk merencanakan proses tanam hingga panen karena akan mempunyai modal yang cukup untuk membiayai keperluan produksi,” jelas Fajar.

Dari sisi korporasi KBI, konsep CSV dalam kemitraan SRG akan memberikan beberapa manfaat, yaitu Peningkatan transaksi Resi Gudang yang diregistrasikan di ISWARE yang merupakan core business PT KBI (Persero) dan meningkatkan kepercayaan bagi Lembaga Pembiayaan dalam menggunakan dokumen RG sebagai instrument pembiayaan.

Selain itu juga dapat menjadi media kerjasama dan sinergi dengan BUMN lain (TJSL) dalam penyaluran pembiayaan dengan menjalankan kemitraan SRG dan PT KBI (Persero) dapat mengetahui dan memantau akan kebutuhan penerbitan SRG dan pembiayaan dengan RG secara langsung (Data penerbitan dan pembiayaan SRG.

“Program Kemitraan ini tentunya juga akan memberikan manfaat dalam lingkup ekonomi nasional yaitu, Adanya database produksi dan konsumsi komoditas di Indonesia sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan Pemerintah di bidang pangan dan perdagangan.

Selain itu, adanya program kemitraan ini akan mempertahankan stabilitas harga komoditas sehingga sesuai dengan daya beli masyarakat.

“Serta tentunya meningkatkan dan mempertahankan persediaan komoditas baik untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun untuk di ekspor,” tambah Dia.

Data PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) menyebutkan, sepanjang tahun 2015 – 2020, total pembiayaan dalam Program Kemitraan SRG mencapai Rp. 30,9 Miliar.

“KBI akan terus meningkatkan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), yang tentunya sejalan dengan peningkatan kinerja korporasi,” tutup Fajar.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post 4 Pantangan Umat Hindu Saat Hari Raya Nyepi
Next post Meterai Palsu Rugikan Negara 37 Miliar