Resesi Seks: Jepang Menghadirkan Aplikasi Kencan
KEDAINEWS.COM – Menghadapi tantangan serius dalam isu rendahnya tingkat kelahiran, pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mengambil langkah proaktif dengan meluncurkan sebuah inisiatif yang unik.
Ibu kota Jepang, Tokyo, memimpin aksi dengan mengalokasikan dana sebesar US$ 1,28 juta atau setara dengan Rp 20,8 miliar untuk pengembangan aplikasi kencan khusus. Aplikasi ini, yang dikembangkan oleh kontraktor swasta, diharapkan dapat menjadi solusi inovatif untuk meningkatkan tingkat pernikahan dan kelahiran di negara tersebut.
Melansir dari laporan Business Insider pada Senin (10/6/2024), aplikasi kencan ini telah direncanakan untuk diluncurkan dalam waktu dekat, yakni pertengahan tahun ini. Namun, yang membuat aplikasi ini berbeda adalah persyaratan ketatnya dalam proses pendaftaran.
Selain memastikan bahwa para pengguna sungguh-sungguh ingin menikah, bukan hanya bermain-main, aplikasi ini juga menuntut dokumen-dokumen resmi seperti dokumen penghasilan dan sertifikat lainnya. Menurut laporan dari media Jepang, The Asahi Shimbun, aplikasi tersebut meminta tidak hanya foto identitas, tetapi juga dokumen-dokumen yang mencakup 15 kategori data personal, seperti tinggi badan, pendidikan, dan pekerjaan.
Langkah-langkah selektif ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas calon pasangan yang ditemukan melalui aplikasi tersebut. Pengguna juga akan menjalani wawancara khusus dengan operator aplikasi untuk memastikan bahwa mereka cocok untuk menikah, bukan hanya untuk hubungan kasual.
Pemerintah Tokyo menyatakan bahwa langkah ini merupakan dukungan bagi mereka yang mengalami kesulitan dalam menemukan pasangan hidup. Meskipun langkah ini jarang dilakukan oleh institusi pemerintah lokal, pemerintah Tokyo berharap bahwa hal ini akan menghasilkan dampak positif yang signifikan.
Data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Jepang mengungkapkan bahwa angka kelahiran di negara tersebut telah mengalami penurunan sebesar 5,6% pada tahun 2023, mencapai level terendah sejak pencatatan statistik dimulai pada tahun 1899. Angka pernikahan juga turun sebesar 6% dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Tokyo, situasinya lebih memprihatinkan, dengan rata-rata seorang perempuan hanya memiliki 0,99 anak. Kota tersebut bahkan menjadi satu-satunya di Jepang yang memiliki angka kelahiran di bawah 1. Secara keseluruhan, dengan populasi usia reproduksi yang diperkirakan akan menyusut hingga 30% pada tahun 2070, langkah-langkah seperti ini menjadi semakin penting bagi masa depan Jepang.