
Tom Liwafa Dari Jualan Stiker Sampai Jadi Crazy Rich Surabaya
KEDAINEWS.COM – Pria kelahiran 1993 ini lahir di Mojokerto dari keluarga sederhana. Bahkan orang tuanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya. Ia kemudian mengawali perjuangannya dengan berbagai pekerjaan yang pernah dilakoni. Bahkan Tom pernah tinggal di satu kamar kos ditempati tiga orang bersama kakaknya.
Tom kemudian memulai menjual stiker dan ternyata terjual secara laris. Hal tersebutlah yang membuka peluang bisnisnya kembali dengan mencoba peruntungan dengan menjual kaos produksinya sendiri. Pertama kali pemasarannya ia mulai menjual kaos-kaosnya melalui media sosial seperti KasKus Toko Bagus dan lain sebagainya.
Karena itu, ia mendekati orang-orang yang sudah sukses berjualan stiker setibanya di Jakarta. Dan terbukti, stiker jualan Tom laris terjual. Hal tersebut disampaikan oleh Tom dalam kanal YouTube Basuki Surodjo di video bertajuk “Perjalanan Sukses PEDAGANG STIKER menjadi CRAZY RICH SURABAYA, Beli Mobil ATTA HALILINTAR CASH”.
Tidak Malu Bertanya
Salah satu hal yang Tom lakukan adalah ia tidak malu bertanya kepada senior-senior yang sudah berpengalaman dari berdagang stiker dan akhirnya ikut berjualan kaos, dan bisnisnya kembali berjalan lancar.
Akhirnya, Tom pun membuka bisnis fesyen bersama wanita yang hari ini menjadi istrinya. Awal mula pertemuan dengan istrinya itu pun pada tahun 2010 saat Tom membuka event konser metal dengan harga tiket Rp10 ribuan. Di antara banyaknya tamu yang datang memakai kaos metal, hanya wanita ini yang bajunya bunga-bunga. Tom pun mengajak kenalan hingga akhirnya berpacaran.
Lalu, Tom mengajak wanita yang hari ini kita kenal sebagai Delta Hesti untuk berbisnis fesyen. Diawali dari adanya alat jahit milik ayah Tom yang biasa membuat tas wanita.
Setelah itu, Tom menyadari kemampuan penjualan Hesti. Ia pun mengajak Hesti untuk keluar dari pekerjaannya sebagai admin sales bergaji Rp650 ribu untuk berjualan baju secara online. Mulai dari KasKus, Toko Bagus, dan lain-lain hingga menjadi sebesar hari ini.
Meski saat itu masih miskin, tetapi Tom berpendapat dirinya tekor tapi tersohor. Ia memiliki toko meskipun saat itu pendapatannya belum sebanyak sekarang.
Investasi Pertemanan
Menurut Tom, investasi terbaik adalah pertemanan, yaitu membangun relasi dan networking sebanyak-banyaknya. Salah satu caranya dengan mentraktir orang yang lebih kaya. Makanan pun bisa menjadi nilai, dan jika kamu sudah mendapat penilaian dari orang yang lebih kaya, kamu sudah memiliki nilai.
Tips dari Tom jika ingin berkenalan dengan orang-orang sukses dan kaya raya, yang pertama adalah kesan pertama dirimu di mata orang tersebut. Bisa melalui sosial media, personal branding harus bagus, foto profil juga harus bagus, dan lain sebagainya.
Saat pandemi baru melanda tahun lalu, Tom membangun komunitas sesama pengusaha untuk galang dana melawan corona. Bantuannya berupa para ojol dan orang-orang yang kehilangan pekerjaan yang semuanya terdampak akibat dari pandemi ini.
Imbangi Dengan Sedekah
Jika ingin berbisnis, Tom mengatakan bahwa jangan hanya memikirkan angka. Tetapi harus diimbangi dengan sedekah. Hal ini karena matematika Tuhan dan manusia berbeda. Bisa jadi, dengan sedekah malah omzet naik berkali-kali lipat.
Kesalahan orang-orang saat mendekati pebisnis adalah ingin buru-buru berbisnis dengan orang tersebut. Padahal, butuh membangun kemistri dan kepercayaan karena bisnis tidak semudah itu. Ibaratnya, bisnis itu harus hancur-hancuran di awal. Tidak ada bisnis yang berjalan mulus.
Hal ini karena kita hanya bisa meminimalisir risiko, tapi kita tidak bisa menghilangkan risiko 100 persen. Jadi, jika ada orang yang bilang bisnis itu selalu profit, sudah dipastikan bohong belaka. Karena itu diperlukan kolaborasi, jika kamu pandai di bidang A, carilah seseorang yang pandai di bidang B.
Beradaptasi dengan Lingkungan
Lebih lanjut, Tom bercerita jika ingin menaikkan taraf bisnisnya bisa dengan cara adaptif yaitu beradaptasi dengan lingkungan. Jika berjualan hanya ke tetangga-tengga maka yang terjual hanya satuan, tetapi jika menjual ke perusahaan yang bisa expand bisnis, maka yang terjual bisa ribuan.
Jadi, level tertinggi dari scale up adalah bagaimana kamu bisa mendekati perusahaan besar dan bagaimana kamu bisa membuat perusahaan-perusahaan baru. Karena itu scale up adalah tentang adaptif yaitu beradaptasi agar terus lebih baik lagi dalam berbisnis.
Tom Liwafa
Bisnis Tom yang lainnya adalah sepatu. Hal ini karena Tom dinafkahi oleh ayah yang bekerja di pabrik sepatu. Meski ayahnya bekerja di pabrik sepatu, tetapi Tom mengakui bahwa ayahnya adalah orang yang pintar.
Di tengah pandemi seperti sekarang ini, Tom melihat di balik krisis pasti ada peluang. Seperti saat Tom memiliki ribuan mesin jahit, jika dipaksakan untuk berjualan tas dan sepatu tidak akan ada yang mau membeli. Karena itu, melihat kebutuhan orang-orang akan masker, Tom pun mengarahkan penjahitnya untuk membuat masker.
Saat ini saja, Tom juga melihat bagaimana trend daging sapi melonjak. Karena itu, Tom berbisnis kuliner dengan mendirikan Se’i Sapiku hingga sudah 22 cabang.