KEDAINEWS.COM – Turbulensi pesawat adalah perubahan mendadak dalam gerakan pesawat yang disebabkan oleh gangguan dalam aliran udara. Gangguan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan dalam kecepatan dan arah angin, perubahan tekanan udara, atau interaksi pesawat dengan turbulensi yang dihasilkan oleh objek lain, seperti gunung atau bangunan.

Turbulensi pesawat biasanya terjadi saat pesawat terbang melalui area dengan aliran udara yang tidak stabil, seperti di dekat awan, di atas pegunungan, atau selama perubahan cuaca. Ada beberapa jenis turbulensi pesawat:

  1. Turbulensi Thermik: Terjadi ketika pesawat melewati area di mana udara panas naik. Ini umum terjadi di dekat permukaan bumi saat siang hari.
  2. Turbulensi Clear Air: Terjadi di daerah dengan cuaca cerah dan tidak ada awan. Biasanya disebabkan oleh perbedaan suhu atau kecepatan angin di berbagai ketinggian.
  3. Turbulensi Konvektif: Terjadi di sekitar awan kumulonimbus, yang sering terkait dengan badai petir dan cuaca buruk.
  4. Turbulensi Iklim: Turbulensi yang disebabkan oleh perubahan cuaca besar-besaran seperti front udara, badai, atau aliran jet.

Turbulensi pesawat bisa membuat perjalanan terasa tidak nyaman bagi penumpang dan dapat menyebabkan pergerakan tidak terduga di dalam kabin. Namun, pesawat dirancang untuk menangani turbulensi dengan aman, dan pilot dilatih untuk menghadapinya dengan menggunakan teknik penerbangan yang tepat. Turbulensi yang signifikan jarang menyebabkan bahaya bagi keselamatan pesawat yang terawat dengan baik.

Salah satu kejadian turbulensi terhebat yang tercatat adalah kejadian pada penerbangan British Airways BA9 pada 24 Juni 1982. Penerbangan tersebut merupakan sebuah Boeing 747 yang terbang dari Bandar Udara Heathrow di London menuju Bandar Udara Auckland di Selandia Baru, dengan rute yang melintasi Samudra Hindia.

Pada penerbangan tersebut, pesawat mengalami penetrasi awan letusan gunung berapi di sekitar Gunung Galunggung, Indonesia. Awu yang terdapat di ketinggian sekitar 37.000 kaki (11.000 meter) mencapai ketinggian pesawat. Ini menyebabkan mesin-mesin pesawat mati karena terkena debu vulkanik yang keras.

Selain mesin mati, pesawat juga mengalami kerusakan di kaca kokpit akibat terkena abu vulkanik yang menyebabkan mati suri untuk beberapa saat. Pilot harus menggunakan prosedur darurat untuk berhasil menghidupkan kembali mesin dan membuat pesawat mendarat dengan selamat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Kejadian ini menunjukkan betapa seriusnya dampak turbulensi akibat fenomena alam seperti letusan gunung berapi terhadap penerbangan. Meskipun jarang, namun kejadian seperti ini menegaskan pentingnya pelatihan pilot dan sistem keamanan pesawat dalam menghadapi kondisi yang ekstrem.!

Previous post Izi Cozi: Langkah Awal HK Realtindo sebagai Operator Hotel
Next post Java Jazz 2024: Melangkah ke Dunia Musik dengan Aktivitas Seru yang Mengasyikkan